Jumat, 25 Januari 2013

Detik-detik kepunahan Ikan Arwana Golden Red Mahato


Populasi ikan jenis Scleropages formosus termasuk stren Golden-red Mahato sebelum tahun 1980 oleh IUCN telah dianggap rawan punah (populasi di alam hasil penelitian saat itu dianggap sudah mulai sangat menghawatirkan, dan dikualifikasikan telah berstatus nyaris punah), kemudian ditindak lanjuti dengan berbagai peraturan lindungan di tahun 1980 dengan SK Menteri Pertanian (No.716/Kpts/Um/10/1980). Karena Indonesia telah ikut meratifikasi penandatanganan Konvensi Internasional CITES, maka jenis ikan arwana tersebut di tahun 1980 resmi efektif berlaku masuk CITES appendix 1 (tidak boleh diperjual-belikan kecuali dari hasil penangkaran), di tahun 1995 perlindungan jenis ikan arwana dan ikan lainnya diperkuat status lindungannya oleh SK Menteri Kehutanan (No.516/Kpts/II/1995), dan disusul kemudian PP No.7/1999 terakhir diperkuat oleh PP No.60/2007. Berbagai regulasi tersebut pada intinya mengikat kita semua tidak terkecuali siapapun, untuk bertindak nyata melindungi populasi arwana jenis ini di habitat aslinya, berikut menjaga keutuhuhan habitat sebagai tempat hidupnya (Populasi dan habitatnya dilindungi Undang-undang dan berbagai peraturan yang begitu berlapis, berkekuatan hukum yang kuat dan mengikat untuk dilaksanakan dilapangan secara utuh).

Diantara ikan arwana stren golden-red dari jenis ikan arwana Siluk/kayangan (Scleropages formosus) terdapat  arwana stren golden-red mahato, arwana ini memiliki nilai tersendiri karena kekhasannya terutama berupa pola warna, tampilan dan prilaku, yang habitat aslinya hanya terdapat di daerah Mahato Provinsi Riau (Endemis Stren Arwana Golden Red Mahato).  Arwana Golden Red Mahato sudah sangat dikenal di kalangan hobiis ikan hias dan perdagangan arwana baik lokal, nasional maupun internasional.

Saat ini ikan arwana Golden-red Mahato keberadaannya di alam sangat memprihatinkan, sangat kritis dengan tekanan yang sedemikian dasyatnya, hampir dapat  dipastikan akan segera terjadi tragedi kepunahan (mungkin tinggal menghitung hari dan kita menjadi saksi hidupnya).

Kesadaran masyarakat lokal sebenarnya sudah ada untuk melestarikannya, namun ironisnya pihak-pihak yang berkompeten tidak menunjukkkan keberpihakannya (pembiaran), sementara saat ini pihak yang merusak lingkungan habitatnya sangat signifikan, antara lain melalui alih fungsi lahan (sedang berlangsung disengaja kegiatan merubah lahan basah/rawa menjadi lahan daratan/perkebunan). Selain itu pencemaran dari limbah pabrik kelapa sawit telah berlangsung cukup lama.  

Populasi ikan Arwana Golden-red Mahato yang merupakan salah satu stren dari Scleropages formosus, kini  mungkin tinggal menunggu hitungan hari akan kepunahannya. Setiap  tahun populasi ikan arwana di habitatnya terus menurun.
 
Populasi ikan Arwana Golden-red Mahato kini  mungkin tinggal menunggu hitungan hari akan kepunahannya. Setiap  tahun populasi ikan arwana di habitatnya terus menurun. Hasil survei populasi terkini (pertengahan Oktober 2012) di habitat aslinya di DAS Mahato, Rokan Hulu, Riau populasi ikan arwana golden-red Mahato hanya memiliki nilai kelimpahan yang relatif sangat kecil. 

Populasi arwana di rawa seribu mulai diragukan lagi keberadaannya, karena karakter tipe habitat yang merupakan relung (niche) persyaratan hidupnya ternyata telah berubah. Sementara populasi di tipe habitat yang tersisa berupa sungai Mahato yang masih bervegetasi mulai rusak.
Hasil tangkapan berupa anak ikan yang berukuran sekitar 10 cm tahun ini hanya berjumlah kurang dari 100 ekor, Tahun sebelumnya di tahun 2011 populasi ikan di lokasi yang sama berjumlah relatif sedikit juga yakni sekitar 500 ekor anak ikan. Anak-anak ikan yang terus diburu ini sebenarnya merupakan Rekruitment penambahan populasi pertahun di habitatnya, namun karena terus – menerus di ambil dan mungkin tidak tersisa sehingga proses penambahan populasi di alam menjadi tidak terjadi. Jumlah induk arwana di habitat tersisa diduga hanya berjumlah kurang dari 50 ekor.

Habitat berupa DAS Mahato (sungai Mahato dan rawa Seribu). Tipe habitat perairan berupa hutan rawa dan DAS Mahato yang bervegetasi berupa pandan (Pandanus sp.), rerumputan (Graminae), bakung (Liliacea), dan tanaman lainnya yang terendam air. Keasaman air : 5 – 5,5 dimusim hujan. Kondisi air yang semula relatif bening (sekarang keruh karena pengaruh erosi dan pencemaran limbah pabrik pengolahan kelapa sawit). 

Arus air di DAS Mahato awalnya relatif tidak terlalu deras (sekarang berubah relatif deras). Air di rawa seribu awalnya tergenang menyebar walaupun musim kemarau (sekarang air terkonsentrasi dikanal-kanal buatan, pembuatan kanal saat ini tengah berlangsung dan tersisa diperkirakan kurang dari 20%). Tipe habitat yang memenuhi persyaratan hidup (daya dukung) arwana semakin menyempit akibat tekanan perubahan lingkungan yang sedemikian merusak.
Kondisi kualitas habitat terkini menampakan banyak menurun dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Kekeruhan diakibatkan oleh adanya erosi dan pencemaran air. Erosi akibat dari adanya kegiatan pembuatan kanal-kanal air di Rawa Seribu yang berhubungan juga dengan sungai Mahato.

Akibat pencemaran air sungai mahato, maka induk ikan arwana di lokasi ini terinformasikan banyak mati karena dampak dari pencemaran pabrik kelapa sawit Selain itu masih adanya aktivitas memancing ikan yang dilakukan  pendatang (bukan penduduk setempat) mengambil induk ikan arwana terkadang untuk dikonsumsi karena ketidak tahuan. Faktor-faktor diatas berdampak negatif terhadap keberadaan populasi ikan, sehingga populasi di habitat aslinya semakin menurun.