Sabtu, 20 Februari 2016

BUDIDAYA TERIPANG

Teripang  atau ketimun laut yang digolongkan ke dalam kelas Holothuridea merupakan satu di antara hewan laut yang dimakan dan mempunyai prospek cerah sebagai bahan ekspor yang permintaannya semakin besar, terutama dalam bentuk kering dan asapan.
Selama ini  produksi teripang umumnya diperoleh dari penangkapan di alam yang sumber  dayanya semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi volume permintaan pasar dapat ditempuh melalui budi daya.
Budi daya teripang khususnya teripang pasir (Holothuria Scabra) memungkinkan dilakukan oleh  masyarakat pantai karena teknik budidayanya cukup sederhana dan inventasi yang diperlukan relatif kecil.
Sifat biologis teripang pasir yang khas adalah hidup pada habibat pasir atau lumpur yang ditumbuhi tanaman lamun pada kedalaman relatif dangkal, dan mengambil makanan yang ada disekitarnya (Filter feeder). Salah satu sifat biologi teripang pasir yang penting diketahui dalam rangka  usaha budidaya adalah: tubuhnya elastis sehingga mudah meluruskan diri  melalui celah-celah yang sangat sempit. Berdasarkan sifat biologi teripang, wadah budi daya yang cocok adalah kurung tancap (hampang) memagar keliling habitat asli teripang dengan waring nilon setinggi 2 m.
Usaha  budi daya teripang di dalam kurung tancap selain menjaga kelestarian  sumberdayanya, juga merupakan lapangan kerja baru bagi masyarakat pantai  yang dapat memberi nialai tambah dalam peningakatan kesejahteraan.

LOKASI
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budi daya teripang adalah:
  1. Dasar perairan terdiri dari pasir, pasir berlumpur, berkarang, dan ditunbuhi tanaman lamun (rumput lindung)
  2. Terlindung dari angin kencang dan arus/gelombang yang kuat
  3. Tidak tercemar dan bukan daerah konflik serta mudah dijangkau
  4. Kedalaman perairanlokasi antara 50-150 cm pada saat surut terendah dan sirkulasi air terjadi secara sempurna
  5. Mutu air: salinitas 24-33 ppt, kecerahan 50-150 cm, suhu 25-30°C
KONTRUKSI KURUNG TANCAP
Bahan :
  1. Balok berukuran (5x7x200) cm
  2. Waring nilon ukuran mata 0,2 cm
  3. Tali ris dari nilon
  4. Tali pengikat atau paku anti karat
  5. Papan yang tahan air
CARA PEMASANGAN

  1. Tiang dipancang pada dasar perairan sedalam 0,5 m.
  2. Bagian tiang yang berada di atas permukaan sebagai tempat melekatkan waring. 
  3. Waring yang telah dilengkapi dengan tali ris disambung dengan papan.
  4. Papan yang telah disambung dengan waring dibalut lalu ditanam ke dalam lumpur (30 cm).
  5. Bila tidak ada papan bagian ujung waring ditanam ke dalam lumpur  sedalam 30 cm kemudian bagian ujungnya dibelokkan ke dalam sepanjang 15  cm.
  6. Ukuran kurung tancap disesuaikan dengan kebutuhan.

  
PEMILIHAN BENIH
  1. Pilih benih yang seragam baik jenis maupun ukuran
  2. Benih yang baik adalah tubuhnya berisi dan tidak cacat
  3. Hindari benih yang diangkut dalam waktu lama (lebih 1 jam) dan dalam keadaan bertumpuk (padat)
  4. Hindari benih yang telah mengeluarkan cairan berwarna kuning
  5. Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau malam hari atau pada saat suhu rendah dan menggunakan wadah yang berisi substrat pasir khususnya pada sistem pengangktan terbuka
TEKNIK BUDIDAYA
  1. Benih teripang dengan berat awal 40-60 g ditebar ke dalam kurung tancap dengan kepadatan 5-6 ekor/m2.
  2. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada suhu rendah.
  3. Sebelum benih ditebar ke dalalm kurung tancap, adaptasikan terlebih dahulu agar dapat diketahui vitalitas maupun jumlah benih.
  4. Selama pemeliharaan diberikan kotoran ayam yang  dicampur dedak halus sebanyak 0,1 kg/m2 setiap minggu sekali. Kotoran  ayam atau dedak halus sebelum ditebar dicampur dengan air bersih dan  diaduk merata agar tidak hanyut atau terapung dan lakukan pada air sururt.
  5. Pada sistem ini teripang yang dipelihara tidak tergantung dari pakan buatan karena teripang tersebut berada pada habitat aslinya. Pemberian kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk untuk merangsang pertumbuan diatom yang merupakan makanan utama bagi teripang.
  6. Masa pemeliharaan selama 4-5 bulan.
CARA PANEN


Setelah  dipelihara selama 4 - 5 bulan, teripang telah mencapai ukuran konsumsi  (300-500g), teripang siap dipanen. Panen dilakukan pada ssat air surut  terendah, dan dilakukan beberapa kali karena banyak yang membenamkan  diri dalam pasir atau lumpur. Untuk mengetahui apakah teripang sudah  terpanen semuanya, dilakukan pengecekan pada air pasang, karena teripang  senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.

PENGOLAHAN
Cara pengolahan teripang tidak sama dengan komoditas perikanan lainnya,  karena teripang tidak dikomsumsi dalam bentuk segar atau dalam bentuk kering atau apapun.
Mula-mula teripang segar  dibersihkan isi perutnya dengan cara menusuk-nusukan lidi pada bagian  anusnya, kemudian bagian perutnya dibelah sepanjang ± 5-10 cm untuk  mengeluarkan isi perut yang masihn tersisa (sesuaikan dengan ukuran) kemudian dibilas dengan air bersih. Setelah itu teripang direbus selama  30 menit sampai matang. Untuk membersihkan kulit dapat direndam dengan NaOH, KOH,  CaCO3, atau dengan bahan alami seperti parutan pepaya muda selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan pengeringan atau pengasapan untuk mengurangi kandungan airnya.
Pengeringan dapat  dilakukan dengan sinar matahari atau oven dengan menggunakan bahan bakar
 berupa kayu keras, serbuk gergaji terutama dari kayu ulin dan sabut  kelapa. Namun yang terbaik adalah dengan menggunakan serbuk gergaji kayu  ulin karena mempunyai warna dan aroma yang  baik, sehinggamutu dan harganya lebih tinggi. Hasil pengeringan dengan sinar matahari mempunyai mutu yang lebih rendah, karena biasanya berbau amis. Mutu teripang yang  baik adalah mempunyai berat 40% dari berat segar.
Harga  teripang olahan di pasaran sangat dipengaruhi ukuran dan mutu pengeringannya. Teripang dalam bentuk asapan dengan aroma yang baik harganya lebih mahal dibandingkan dengan teripan kering.

Sumber: 
BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU

INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI :
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT (BPSPL) PADANG
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jl. Raya Pertanian, Sei Duo - Sungai Lareh,
Lubuk Minuturun - Koto Tangah, Padang
Telp (0751) 497053, Fax (0751) 497052
   

David P. Tambunan, S.St.Pi
HP:  0823 6422 1111
Email: david.stp39@gmail.com
http://davidaup39.blogspot.com/

Minggu, 21 Desember 2014

PEMBENIHAN IKAN BAUNG




Taksonomi
Ikan baung diklasifikasikan ke dalam :
v  Phylum                : Chordata
v  Kelas                    : Pisces
v  Sub–kelas            : Teleostei
v  Ordo                    : Ostariophysi
v  Sub–Ordo            : Siluroidae
v  Famili                   : Bagridae
v  Genus                  Macrones
v  Spesies                 : Macrones nemurus CV (Saanin, 1968)
Menurut Imaki et al. (1978), ikan baung dimasukkan dalam Genus Mystus dengan spesies Mystus nemurus CV.



Marfologi
Ikan baung mempunyai bentuk tubuh panjang, licin, dan tidak bersisik; kepalanya kasar dan depres dengan tiga pasang sungut di sekeliling mulut dan dekat ubang pernafasan, sedangkan panjang sungut rahang atas hamper mencapai sirip dubur. Pada sirip dada dan sirip punggung, masing-masing  terdapat duri patil. Ikan baung mempunyai sirip lemak (adipose fin) di belakang sirip pungung. Sirip ekor berpingiran tegak dan ujung ekor bagian atas memanjang menyerupai bentuk sungut. Bagian atas kepala dan badan berwarna coklat kehitam-hitaman sampai pertengahan sisi badan dan memutih kearah bagian bawah. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm (Webber dande Beaufort,1965 dan Tang 2000).
Habitat
 Ikan baung banyak hidup di perairan tawar, seperti sungai dan danau, juga terdapat di perairan payau muara sungai. Ikan baung menyukai tempat-tempat yang tersembunyi dan tidak aktif keluar berkisar antara 26-30ºc, pH berkisar antara 4 – 9, kandungan oksigin terlarut optimal 5-6 ppm.

Pola Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan baung adalah allomtrik. Pertambahan berat lebih cepat dari pada pertambahan panjang badan. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, pertumbuhan ikan baung jantan berpola isometrik, dimanapertambahan berat sebanding dengan pertambahan panjang badan. Dengan demikian, factor makanan memegang peranan yang sangat penting. Jika ikan baung  semakin banyak mendapat makanan, maka pertumbuhan beratnya semakin tinggi. Karena itu ikan baung berukuran besar cenderung agresif mencari makan  sehingga pertumbuhannya berpola allometrik.
Factor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ikan baung adalah kematangan gonad. Ikan baung betina memiliki pola pertumbuhan allometrik. Hamper 77% ikan baung betina mengandung telur sehingga berat telur tersebut mempengaruhi pola pertumbuhannya. Hal ini juga menyebabkan pola pertumbuhan ikan baung (jantan dan betina ) berpola allometrik.

Kebiasaan Makan
Pada umumnya ikan mempunyai kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap makanan dan pemanfaatan makanan yang terserdia disuatu perairan. Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, maka kita dapat mengetahui hubungan ekologi organisme dalam suatu perairan, missal bentuk-bentuk pemangsaan persaiangan makanan dan rantai makanan.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan karnivora dengan susunan makanan terdiri atas ikan, insekta,udang, annelida, nematoda, detritus, sisa-sisa tumbuhan, atau organik lainnya. Makanan utama ikan baung dewasa terdiri atas ikan dan insekta, sedangkan makanan utama anakan ikan baung hanya berupa insekta. Djajadiredja et al .(1977) mengemukakan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan omnivora dengan makanan terdiri atas          Dari komposisi organisme yang dijumpai dalam isi lambung ikan baung ternyata bahwa ikan initergolong jenis ikan pemakan segala (omnivora) dengan kecenderungan pada jenis insekta air dan ikan ini mengarah kepemakan daging (karnivora).

Pemijahan/Penyuntikan
Pemijahan baung dilakukan secara buatan (penyuntikan) atau semi alami. Induk ikan baung betina dan jantan yang telah diseleksi dan disimpan dalam wadah yang terpisah. Untuk penyuntikan ikan dalam pemijahan digunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,6-0,9 ml/kg betina dan jantan 0,5 ml/kg. Penyuntikan dilakukan 2 kali, yakni penyuntikan pertama ¼ bagian dan suntikan kedua ¾ bagian, interfal waktu penyutikan pertama dan kedua antara 6-12 jam. 

Pemeliharaan L
betina yang telah ovulasi kurang lebih 6-8 jam setelah penyuntikan kedua, dilakukan striping (pengurutan telur). Untuk mendapatkan sperma, ikan jantan dibedah, kemudian testis dicuci/dibersihkan dari darah dan lemak yang melakat. Selanjutnya sperma dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% sebanyak setengah bagian. Bilaterlalu pekat, tmabahkan NaCl sampai larutan berwarna putih susu agak encer. Campurkan sperma sedikit demi sedikit kedalam telur aduk dengan rata.
          Telur yang telah menetas dipanen larva yang dihasilkan dipindahkan ke dalam akuarium pemeliharaan larva. Faktor penting dalam penebaran atau pemeliharaan adalah padat penebaran, padat penebaran untuk larva ikan baung berkisar antara 10-20 ekor/liter air. Penebaran larva dilakukan 1-5 hari setelah pengisian air pada wadah pemeliharaan.hal ini dimaksudkan untuk menginkubasi air sehingga dapat memotong siklus hidup organisme patogen yang mungkin terdapat pada media itu.
          Larva ikan baung berumur 1-5 hari dapat diberi pakan berupa Artemia salinaatau Moina sp, dengan kepadatan 1-2 ekor/ml. Pada saat berumur 3-8 hari, larva ikan baung sudah dapat dibericincangan cacing Tubifex sp dan Daphnia sp. Ketika umur ikan baung 7/8 hari larva ikan baung dibrikan pakan cacing Tubifex  sp. Sebanyak 10 mg/ekor. Pemeliharaan ini selama kurang lebih 14 hari.

Pendederan
Pendederan benih baung merupakan salah satu tahap kegiatan pembenihan untuk mendapatkan benih baung yang siap dibesarkan. Pendederan benih baung biasanya dilakukan dalam bak atau kolam pendederan. Persiapan kolam, pemupukan maupun pemeliharaan benih baung selama di kolam pendederan, sama seperti yang biasa dilakukan untuk pendederan jenis – jenis ikan
Benih ditebar pada pagi atau sore hari dengan kepadatan 100 ekor/m². Pakan diberikan setiap hari berupa tepung pellet sebanyak 0,75gr/1000 ekor. Lama pemeliharaan benih selama 1 bulan atau telah mencapai berat 10-20 gr.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Jl. Salabintana 17, Tlp (0266) 225211 Fax. (0266) 225240 Email: bbats@telkom.net
Daelami Deden A.S. Usaha Pembenihan Ikan Hisa Air Tawar, Jakarta, Penebar Swadaya, 2001.
Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Baung Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Tang, U.M. Teknik Budidaya Ikan Baung, Kanisius, 2003


INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI:
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT (BPSPL) PADANG
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jl. Raya Pertanian, Sei Duo - Sungai Lareh,
    Lubuk Minuturun - Koto Tangah, Padang
    Telp (0751) 497053, Fax (0751) 497052

PEMBENIHAN IKAN CORYDORAS




Corydoras termasuk cat fish. Asalnya dari Amerika Selatan yang kemudian menyebar kedaerah lain secara alami maupun karena campur tangan manusia melalui transportasi.
Corydoras sebagai ikan hias mempunyai daya tarik untuk dinikmati. Dengan bentuk yang cukup menawan dan warna yang variatif, sudah cukup menunjukan daya tariknya sebagai ikan hias dilihat dari gerakannya, Corydoras menarik karena lincah. Tingkah lakunya yang suka bergerombol di dasar wadah menyebabkan ikan ini dapat dipelihara bersama-sama dengan ikan hias lain yang hidupnya di bagian tengah dan permukaan air sehingga ke kontrasan penampilan menjadi lebih menarik.


Sistematika dan Morfologi
Adapun sistematika jenis ikan ini menurut Hoedeman (1975) sebagai berikut.
v  Filum                    : Chordata
v  Kelas                     : Osteichthyes
v  Sub kelas             : Actinopterygii
v  Ordo                     : Siluriformes
v  Sub ordo             : Siluroidei
v  Famili                   : Callichthyidae
v  Genus                   : Corydoras
Sementara ciri-ciri morfologi dari genus corydoras antara lain tubuhnya pendek dan gemuk, punggung melengkung di banding perut, kedua sisi ikan di lengkapi dengan lempengan seperti tulang yang tersusun dalam dua baris, serta pada rahang atas dan bawah terdapat dua pasang kumis. Ukuran tubuh ikan ini berkisar 2,5-12 cm dengan ukuran mayoritas 5-7.

Kebiasaan Hidup dan Berkembang Biak
Di habitat aslinya, corydoras termasuk ikan omnifora atau ikan pemakan segala, termasuk ikan pemakan bangkai (scavenger), dan dapat pula disebut pemakan dasar (bottom feeder).  Sementara dilingkungan pemeliharaan, ikan ini umumnya dapat memakan segala jenis makanan yang diberikan.  Akan tetapi, corydoras cenderung lebih menyukai pakan alami berupa cacing-cacingan berukuran kecil.
Kisaran suhu air tegantung ketinggian tempat dan daerah ditemukannya, yaitu sekitar 10-120 C di daerah subtropis dan hingga 320 C di daerah tropis. Ada juga corydoras yang dapat hidup di daerah yang sedikit asam, yaitu pH 5,3-6,7 dan kesadahan 5-10 dH. Walaupun demikian, corydoras masih dapat hidup dan berpijah pada kondisi yang bervariasi.
Corydoras hidup di daerah rawa atau tempat yang kurang suplai airnya. Pada saat miskin oksigen, mereka dapat mempergunakan ususnya untuk alat pernapasan. Bahkan pada saat musim kemarau, corydoras ditemukan dalam keadaan tertutup lumpur dan akan kembali segar saat musim hujan. Biasanya saat awal musim penghujan tersebut corydoras siap memijah.
Di habitat aslinya, umumnya corydoras dapat memijah segera setelah musim kemarau, sementara dilingkungan pemeliharaan, kegiatan memijah ikan ini bisa berlangsung sepanjang musim. Pemijahan biasanya memerlukan beberapa hari karena telurnya keluar secara persial. Artinya, Kematangan telur dan ovulasi tidak bersamaan, tetapi telur dikeluarkan secara bertahap. Jumlah telur yang keluar biasanya tebanyak pada hari kedua dan ketiga bertelur.
          Pembenihan merupakan kegiatan budidaya untuk mendapat benih. Pembenihan ini mencakup kegiatan pemijahan, penetasan telur, dan perawatan benih serta pendederan. Pemijahan sendiri merupakan proses perkawinan induk jantan dan betina hingga menghasilkan telur yang telah di buahi. Perkawinan dapat terjadi kalau kedua induk sudah cukup umur, atau matang kelamin dan kondisi lingkungan mendukang. Adapun tahapan pemijahan dan pembanihan corydoras sebagai berikut.

Wadah pemijahan
Ada beberapa wadah yang dapat di gunakan untuk pemijahan corydoras, yaitu bak semen, bak faibergalas, bak kayu yang dibungkus plastik, dan akuarium.

Sarana pelengkap pemijahan
Selain sarana utama berupa wadah pemijahan, juga di perlukan sarana pelengkap lain agara proses pemijahan corydoras dapat berlangsung dengan baik. Adapun saran pelengkap yang harus di sediakan antara lain subtrat penempel telur dan penyuplai oksigen.
Diperlukan subtrat penempel telir karena corydoras memilki sifat betelur yang adesif atau menempelkan telurnya padabenda-benda di sekitarnya. Ada beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai subtrat penempel telur yaitu potongan pipa, keramik, potongan kaca, atau bahan lain yang tidak mudah busuk.
Sarana pelengkap lain yang diperlukan pemijahan ialah penyuplai oksigen. Untuk itu, air medianya perlu selalu di suplai dengan oksigen. Adapun kelengkapan untuk menyuplai oksigen antara lain blower atau aerator, selang, dan batu aerasi.

Pemilihan dan pengelolaan induk.
Corydoras mulai dapat di pijahkan minimal umur 8 bulan atau berukuran sekitar 6-7 cm. Ikan jantan memiliki bentuk tubuh seperti torpedo bagian dari belakang insang meruncing hingga ke ekor. Utbuh iakn jantan ini lebih langsing dan ukurannya lebih kecil dari betina. Sirip dorsalnya tampak lebih runcing. Sedangkan ikan berina bertubuh lebih besar dibanding jantan dan perutnya tampak membundar karena berisi telur.
Calon induk hasil seleksi dipelihara secara terpisah hingga siap dijadikan induk. Pemisahan induk betina dan jantan dapat dilakukan dalam wadah wadah pemijahan. Namun secara umum pemijahan dapat dilakukan secara masal dalam bak semen.
Selama pemeliharaan tersebut, calon induk diberi pakan berprotein tinggi untuk mendukung kuantitas dan kualitas air. Akan tetapi, jenis pakannya perlu di sesuaikan dengan kebiasaan makan dari corydoras. Corydoras bersifat bottom feeder maka akan lebih baik kalau diberi pakan alami seperti tubifex maupun bentuk pakan berupa butiran atau pelet yang tenggelam, dosis pakan buatan cukup 3-5% dari berat total induk.
Selain diberi pakan, induk ikan harus diberi perlakuan obat-obatan secara periodik. Tujuan nya agar ikan selalu dalam keadaan sehat selam proses pemijahan Obat yang dapat digunakan berupa anti parasit seperti formalin atau anti bakteri seperti oksitetrasiklin. Perlakuan ini dilakukan setiap dua minggu atau sebulan sekali.

Penetasan telur dan perawatan benih.
Subtrat yang berisi telur dimasukan dalam wdah penetasan. Umumnya wadah penetasan berupa akuarium berukuran 40 cm x 60 cm x 40 cm. Tinggi airnya sekitar 20-25 cm.air medianya perlu di beri obat methyline blue 5% dengan dosis 15 tetes larutan per 20 liter air untuk mencegah serangan jamur.
      Telur akan menetas menjadi benih mulai hari ke-3. Semntara subtrat yang telur–telurnya dudah menetas haurs segera diambil dan dicuci. Pencucian ini di maksudkan untuk menghilangkan sisa telur yang tidak menetas dan membersihkan jamur yang ada.
Benih yang sudah menetas tidak langsung diberi pakan karena memebawa kuning telur sebagai makanannya. Mulai hari ke-3, pakan sudah harus diberikan dan kualitas air di perhatikan karena saat ini benih sangat peka terhadap penyakit. Bila terserang penyakit , seluruh benih akan mengalami kematian.
Pakan pertama yang disarankan untuk benih corydoras berupa nauplius artemia. Sayangnya pakan jenis ini cukup mahal sehingga sebagai alternatif dapat di berikan pakan Brachionius sp. Dengan catatan bahwa kultur pakan alami tesebut haurs dilakukan secara rutin.
Pergantian air dilakukan setiap hari untuk menjaga kualitasnya. Kualitas air yang kurang baik akan berakibat proses pamijahan terganggu. Pergantian air dapat dilakukan dengan cara menyipon 1-3 hari sekali.
Setelah memijah selama dua bulan, induk perlu dipelihara secara terpisah selama dua minggu sebelum dicampur kembali untuk dipijahkan. Tujuannya agar kodisi tubuhnya tetap baik saat berpijah.
Pemijahan bisanya terjadi menjelang pagi atau pada pagi hari. Saat berpijah ikan perlu ketenangan. Keberhasilan ikan memijah dapat diamat pada subtrat telur yang sudah ditempeli telur berwarna bening. Jika telurnya putih, berarti pemijahan gagal.
Subtrat yang ditempeli telur diambil dan dipindahkan kedalam wadah penetasan telur. Caranya subtrat diangkat dan langsung dipindahkan ke bak penetasan telur.

Pendederan
Pendederan merupakan tahapan pemeliharaan benih corydoras setelah di rawat di akuarium selama 7-10 hari. Pendederan ini dilakukan hingga benih berukuran sekitar 1,75 cm atau selama 1-1,5 bulan
Padat penebaran jangan terlalu tinggi cukup sekitar 1.000-2.000 ekor/ m2. Jika kepadatannya terlalu tinggi, ikan akan bersaing memperoleh pakan.
Tinggi air mediapun jangan terlalu tinggi, yaitu sekitar 10 cm. Hal ini disebabkan ikan sering naik kepermukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Pakan yang digunakan selam masa pendederan ini adalah cacing sutra. Dosisnya 10% dari bobot total ikan.
Untuk menunjang penambahan jumlah oksigen terlarut di perlukan alat-alat berupa blower atau aerator serta instalasinya seperti paralon, batu aerasi, selang aerasi, pemenas, dan filter. Paralon digunakan untuk mengalirkan udara dari blower atau aerator ke air. Sematara filter dapat dipakai jika kondisi air agak keruh.


DAFTAR PUSTAKA
Kembuan B.S. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Corydoras Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Liviawaty dan Eddy Afrianto, Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan, Yogyakarta, Kanisius, 1992.
Mudjiutami Endang, Ikan Hias Air Tawar Corydoras,      Jakarta,     Penebar Swadaya, 2000.
Wijayakusuma, Setiawan Dalimartha dkk Tanaman Berkhasiat     Obat Indonesia IV, Jakarta, Pustaka Kartini, 1999.


INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI:
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT (BPSPL) PADANG
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jl. Raya Pertanian, Sei Duo - Sungai Lareh,
    Lubuk Minuturun - Koto Tangah, Padang
    Telp (0751) 497053, Fax (0751) 497053