Selasa, 09 Desember 2014

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN GRASS CARP (Ctenopharyngodon idella)


I.  PENDAHULUAN
Ikan  gurami  merupakan   ikan   asli perairan Indonesia yang sudah menyebar  ke  wilayah  Asia  Tenggara  dan  Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara   taksonomi    termasuk    famiii Osphronemidae. Ikan  gurami  adalah salah  satu   komoditas   yang   banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan  permintaan   pasar   cukup tinggi,  pemeliharaan  mudah  serta  harga yang relative stabil.
II.  SISTEMATIKA
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygij
Ordo                : Perciformes
Subordo          : Belontiidae
Famili              : Osphronemidae
Genus             : Osphronemus
Spesies           : Osphronemus goramy  Lac.
Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor membulat Jari-jari   lemah   pertama   sirip   perut merupakan benang panjang yang berfunqsi sebagai alat peraba.
Tinggi badan 2,0 s/d 2,1 kali dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat
III.  PEMBENIHAN
A.  Pemijahan
Ikan    gurami     dapat     memijah sepanjang tahun, namun produktifitasnya lebih   tinggi    terutama    pada    musim kemarau.   Adapun   hal   yang   perlu diperhatikan untuk pemijahan  ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen
telur dan  kualitas  air  media  pemijahan. Betina dicirikan dari  bentuk kepala  dan rahang serta adanya  bintik hitam pada kelopak  sirip.     Induk  jantan  ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.  Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Ikan gurami memiliki daging yang tebal dan rasa yang khas. Padat tebar induk adalah 1 ekor/5 m  dengan perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 3 atau 1: 4. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan  secara  berpasangan  (sesuai perbandingan) pada kolam yang disekat ataupun secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan).  Induk betina dapat memproduksi telur 1.500 sampai dengan 2.500 butir/kg induk.
Sarang diletakkan 1 s/d 2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 10 s/d  15  cm  dari  permukaan  air.  Sarang dipasang   mendatar   sejajar   dengan permukaan air dan menghadap ke arah tempat  bahan  sarang.  Tempat  bahan sarang diletakkan di permukaan air dapat berupa anyaman kasar dari bambu atau bahan  lainnya  diatur  sedemikian  rupa sehingga  induk  ikan  mudah  mengambil sabut kelapa/ijuk untuk membuat sarang Pembuatan  sarang  dapat  berlangsung selama  1  sampai   dengan   2   minggu bergantung   pada   kondisi   induk   dan lingkungannya.
Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba  dan   menggoyangkan   sarang secara perlahan  atau  dengan  menusuk sarang   menggunakan    lidi/kawat    dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah berisi  telur  ditandai  dengan   keluarnya minyak/telur dari sarang ke permukaan air. Sarang yang sudah berisi telur diangkat Telur dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hati-hati. Karena mengandung    minyak,    telur    akan mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang karena telur yang demikian tidak akan menetas.  Minyak yang timbul dapat diserap memakai kain. Kualitas media pemijahan yang baik adalah suhu 25 s/d 30° C, Nilai pH 6,5 s/d 8,0, aju pergantian air 10 s/d 15 % per hari dan ketinggian air kolam 40 s/d 60 cm.
B.  Penetasan Telur
Padat tebar telur 4 s/d 5 butir/cm2 dengan  ketinggian air 15 s/d 20 cm.  Kepadatan  dihitung  per  satuan  luas permukaan wadah sesuai dengan sifat telur yang mengambang. Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, di dalam media Penetasan perlu ditambahkan aerasi kecil tetapi harus dijaga agar telur tidak teraduk Kualitas air media  penetasan  yang  baik adalah suhu 29 s/d 30° C, nilai pH 6,7 s/d 8,6 dan bersumber dari air tanah.   Bila air sumber   mengandung    karbondioksida tinggi,  nilai  pH  rendah  atau  mengandung bahan logam (misalnya besi), sebaiknya air diendapkan dulu selama  24 jam.  Telur akan menetas setelah 36 s/d 48 jam.
C.  Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium.  Bila penetasan    dilakukan    di    akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air     hanya      perlu      dilakukan       untuk membuang  minyak  bila  minyak  yang dihasilkan ketika penetasan cukup banyak. Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari sisa pakan dan  Faeces.
Pemeliharaan  larva  di  akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 s/d 20 ekor/liter. Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 s/d 6 hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29 s/d  30° C, nilai pH 6,5 s/d 8,0 dan ketinggian air 1.5 s/d 20 cm.
D.  Pendederan I, II, III, IV dan V
Pemeliharaan      benih      pada pendederan  I sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium atau kolam.   Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran larva tetapi perlu dilakukan penjarangan. Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi  pengolahan  tanah  dasar  kolam, pengeringan,   pengapuran,   pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam. Pengolahan  tanah  dasar  kolam  dapat berupa  pembajakan,   peneplokan   dan perbaikan pematang kolam.  Pengeringan dilakukan selama 2 s/d 5 hari (tergantung cuaca).
Tingkat Pemeliharaan Produksi Ikan Gurami
No
Standar
satuan
P1
P2
P3
P4
P5
1
Padat tebar
Ekor/m2
100
80
60
45
30
2
Ukuran benih
Cm
1
2
4
6
8
3
Prosentase pakan
% BB
20
20
10
5
4
4
Frekuensi pakan
Kali/hari
2
2
3
3
3
5
Waktu pemeliharaan
Hari
20
30
40
40
40
6
Sintasan
%
60
60
70
80
80
E.  Penyakit
Bila  teridentifikasi  ikan  terserang parasit pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian garam   500 s/d 1.000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam. Sedangkan bila teridentifikasi terserang bakteri pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian oxytetracycline dengan dosis 5 s/d 10 mg/liter secara perendaman selama 24 jam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar